Proposal Penelitian Plankton

BAB 1
PENDAHULUAN 


1.1. Latar Belakang
       Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat dinamis (bergerak dan menggalir) seperti laut dan sungai mupun yang bersifat statis (tidak bergerak atau tenang) seperti danau. Perairan dapat berupa perairan tawar, payau maupun asin atau laut. Perairan daratan adalah semua badan air yang ada di daratan terdiri atas perairan umum daratan (sungai, danau, waduk, rawa) dan yang bukan perairan umum (kolam, tambak dan sawah) (Muslim, 2012).
       Sungai merupakan suatu ekosistem perairan yang berperan penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di sekitarnya. Sebagai suatu ekosistem, perairan sungai tersusun atas berbagai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Komponen pada ekosistem sungai akan terintegrasi satu sama lainnya membentuk suatu aliran energi yang akan mendukung stabilitas ekosistem tersebut (Suwondo, et al., 2004 dalam Kartika, et al., 2015).
       Kondisi ekosistem perairan sangat berkaitan erat dengan jenis dan intensitas kegiatan manusia yang ada baik di lingkungan daratan maupun perairan itu sendiri. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut terhadap kesehatan lingkungan dapat berbentuk perubahan fisik lingkungan perairan atau penambahan bahan-bahan luar hasil kegiatan manusia baik yang bersifat racun atau tidak beracun. Peningkatan kebutuhan manusia memacu meningkatkan degradasi lingkungan perairan yang akhirnya akan mempengaruhi sumber daya hayati perairan (Dwirastina dan Wibowo, 2015).
       Sungai salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Untuk keperluan tersebut, diperlukan pengetahuan tentang sungai dan pengalirannya, seperti morfologi sungai, sejarah perkembangan sungai serta pola pengaliran sungai. Salah satu manfaat sungai yang cukup penting adalah untuk menampung air pada saat musim penghujan. Pendangkalan sungai akibat adanya pengendapan sedimen menyebabkan air tidak dapat tertampung atau teralirkan secara maksimal sehingga dapat meyebabkan banjir (Alie, 2015).
       Bagian utama perairan umum Sumatera selatan adalah sungai musi dengan sumber air berasal dari pengunungan bukit barisan dan danau ranau yang mengalir ke arah timur melewati kota Palembang dan selanjutnya bermuara di selat Bangka. Daerah tangkapan air DAS musi mencakup luasan 60.000 km2, membentuk sejumlah anak sungai besar meliputi sungai komering, ogan, lematang, Batanghari leko, rawas, lakitan, kelingi beserta ratusan sungai kecil. Sungai musi dibagian hulu di kabupaten Musi Rawas, bagian tengah di kabupaten Musi Banyuasin, dan bagian hilir di kota Palembang dan kabupaten Banyuasin (Muslim, 2012).
       Sungai Musi merupakan sungai yang menjadi muara puluhan sungai besar dan kecil lainnya, baik di Bengkulu maupun Sumatera Selatan. Sungai ini memiliki panjang sekitar 720 kilometer dan melintasi kota Palembang. Berbagai aktivitas Industri seperti pertambangan, perkebunan, pertanian, aktivitas rumah tangga, maupun aktivitas alami yang masuk ke perairan sungai ini berdampak terhadap biota perairan dan kesehatan. Aktivitas tersebut juga mengakibatkan terpaparnya logam berat seperti merkuri yang masuk ke dalam badan sungai (Setiawan, 2013 dalam Windusari dan Sari, 2015).
         Secara Geografis, wilayah Kecamatan Gandus terletak di bagian barat Kota Palembang dengan luas wilayah 6.878 Ha, Kecamatan Gandus terdiri dari 5 kelurahan yaitu Kelurahan Pulo Kerto, Gandus, Karang Jaya, Karang Anyar dan 36 Ilir. Adapun batas administrasi kecamatan Gandus adalah sebelah utara kecamatan Ilir Barat I, sebelah selatan kecamatan Kertapati, sebelah timur kecamatan Ilir Barat II, dan sebelah barat Kabupaten Banyu Asin dan  Kabupaten Muara Enim (Sukarman dan Arliansyah, 2013).         
       Aktifitas masyarakat seperti kegiatan perikanan (tangkap dan budidaya), industri, dan pariwisata menyebabkan banyak bahan pencemar yang masuk ke dalam perairan. Pencemaran perairan ditandai dengan adanya perubahan sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Bahan pencemar berupa logam berat di perairan akan membahayakan kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia (Rumahlatu, 2012).
       Bahan pencemar yang masuk ke badan sungai akan mengalami berbagai proses seperti pencampuran, pengenceran, dan pembilasan. Dalam hal ini, bahan pencemar mengalami proses degradasi yang dipengaruhi oleh pasang surut perairan. Faktor lain yang memengaruhi laju pembilasan adalah luas dan volume sungai. Bahan pencemar akan mengalami pengenceran pada saat air masuk ke sungai (pasang) dan terbawa ke laut (surut) sehingga mengalami pembilasan.  Bahan pencemar yang masuk ke badan sungai secara terus-menerus tanpa adanya kontrol terhadap sumber pencemar di perkirakan akan merubah dan memengaruhi kualitas perairan (Kurniadi, et al., 2015).
       Kegiatan masyarakat yang berada di daerah aliran sungai secara langsung maupun tidak langsung  memberikan dampak negatif terhadap kualitas air sungai seperti faktor fisika, kimia, maupun biologi yang selanjutnya dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem perairan. Rusaknya ekosistem perairan tersebut berdampak juga terhadap kehidupan biota air seperti perubahan struktur komunitas perairan dimana penurunan kelimpahan dan komposisi dari organisme tersebut biasanya merupakan indikator adanya gangguan ekologi yang terjadi pada suatu perairan sungai (Mushthofa et al., 2014).
      
1.2. Rumusan Masalah
1.   Bagaimana keanekaragaman dan kelimpahan jenis plankton disungai musi kawasan pulo kerto.
2.      Bagaimana kualitas perairan sungai musi kawasan pulo kerto saat ini.

1.3. Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui kelimpahan plankton di perairan sungai musi kawasan pulo kerto.
2.      Untuk mengetahui kualitas perairan sungai musi kawasan pulo kerto pada saat ini .

1.4.Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat untuk mendapatkan informasi mengenai jenis-jenis plankton yang banyak terdapat pada perairan kawasan pulo kerto.




BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem Sungai
       Sungai merupakan salah satu ekosistem perairan darat yang aliran airnya satu arah dan akan mengalir dari dataran tinggi menuju ke dataran rendah dan akan menuju suatu muara sungai. Sungai dapat berperan sebagai sumber air untuk irigasi, habitat organisme perairan, kegiatan perikanan, perumahan, dan sebagai daerah tangkapan air. Peran sungai yang beragam seiring dengan berkembangnya aktivitas manusia di sekitar sungai akan berdampak pada penurunan kualitas air (Kurniadi et al., 2015).
       Air sungai mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai memiliki sifat dinamis, maka dalam pemanfaatannya dapat berpotensi mengurangi nilai manfaat dari sungai itu sendiri dan dampak lainnya dapat membahayakan lingkungan secara luas. Biomonitoring adalah monitoring kualitas air secara biologi yang dilakukan dengan melihat keberadaan kelompok organisme petunjuk (indikator) yang hidup di dalam air (Widiyanto dan Sulistyarsi, 2016).
       Komunitas merupakan kumpulan populasi yang hidup pada suatu lingkungan tertentu atau habitat fisik tertentu yang saling berinteraksi dan secara bersama membentuk tingkat trofik. Dalam komunitas, jenis organisme yang dominan akan mengendalikan komunitas tersebut, sehingga jika jenis organisme yang dominan tersebut hilang akan menimbulkan perubahan-perubahan penting dalam komunitas (Rizkya et al., 2012).

2.2. Plankton
       Plankton adalah mikroorganisme yang hidup melayang di perairan.  Mikroorganisme ini baik dari segi jumlah dan spesiesnya sangat banyak dan sangat beranekaragam serta sangat padat. Plankton juga merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan dan jaring makanan. Plankton menjadi pakan bagi sejumlah konsumen dalam sistem mata rantai makanan dan jaring makanan tersebut. Dan bisa digunakan sebagai indikator perairan(Adjie, 2007 dan Fachrul, 2007 dalam Kusmeri dan Rosanti, 2015).
2.1.1. Zooplankton
Zooplankton memiliki peranan yang penting di perairan terutama dalam rantai makanan, organisme ini merupakan konsumer I yang berperan besar dalam menjembatani transfer energi dari produsen primer (fitoplankton) ke jasad hidup yang berada pada tropik level lebih tinggi (golongan ikan dan udang).    Zooplankton terutama dimangsa hewan karnivor yang lebih besar sebagai produsen tersier.  Proses ini akan berlangsung dari produsen tingkat IV, tingkat V, dan seterusnya, yang dapat digambarkan dalam rantai makanan. Selain itu, plankton termasuk zooplankton dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk mengetahui kualitas dan kesuburan suatu perairan yang sangat diperlukan untuk mendukung pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut (Yuliana, 2014).
            Zooplankton, bersifat heterotropik yang berarti bahwa tidak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan anorganik. Ukuran yang paling umum adalah berkisar antara 0,2-2 mm. Kelimpahan zooplankton sangat ditentukan oleh adanya fitoplankton, karena fitoplankton merupakan makanan bagi zooplankton. Bila populasi zooplankton meningkat maka pemangsaan terhadap fitoplankton akan sedemikian cepatnya sehingga fitoplankton tidak sempat membelah diri dan mengalami pertumbuhan namun jika jumlah zooplankton kelimpahannya menurun dan menjadi sedikit maka hal ini memberi kesempatan kepada fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak sehingga menghasilkan konsentrasi tinggi  (Davis, 1955 dalam Nastiti dan Hartati, 2013).
            Zooplankton yang disebut plankton hewani (ukurannya lebih besar dari fitoplankton). Plankton baik fitoplankton maupun zooplankton memiliki peranan penting bagi perairan atau ekosistem laut, karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan perairan lainnya. Peranan zooplankton sebagai konsumen pertama sangat berpengaruh dalam rantai makanan suatu ekosistem perairan. (Kusmeri dan Rosanti, 2015).
            Keberadaan zooplankton telah menjadi sangat penting untuk menunjang populasi ikan di kolam pemeliharaan. Kelompok ini merupakan faktor utama dalam mentransfer energi antara fitoplankton dan ikan.  Studi atau kajian terhadap zooplankton ini dapat memberi faedah dalam merencanakan serta menentukan suksesnya usaha perkolaman ikan air tawar. Telah diketahui, secara umum bahwa ikan adalah komoditas yang relatif murah sebagai makanan sumber protein, dan untuk spesies tertentu, sudah menjadi komoditas perdagangan yang penting sebagai sumber devisa negara seperti ikan sidat.  Keberhasilan yang dicapai ikan untuk tumbuh secara sehat sangat tergantung oleh air yang juga dipengaruhi (Rumaseb, 2014).
2.1.2. Fitoplankton
          Fitoplankton merupakan organisme pertama yang terganggu karena adanya beban masukan yang diterima oleh perairan. Ini disebabkan karena fitoplankton adalah organisme pertama yang memanfaatkan langsung beban masukan tersebut. Oleh karena itu perubahan yang terjadi dalam perairan sebagai akibat dari adanya beban masukan yang ada akan menyebabkan perubahan pada komposisi komunitas fitoplankton. Maka dari itu keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai indikator kondisi kualitas perairan, selain itu fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator perairan karena sifat hidupnya yang relatif menetap, jangka hidup yang relatif panjang dan mempunyai toleransi spesifik pada lingkungan (Effendi, 2003 dalam Nita dan Eddy, 2015).
Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi. Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi (Goldman dan Horne, 1983 dalam Nastiti dan Hartati, 2013).

2.3. Parameter Perairan Pertumbuhan Plankton
Temperatur merupakan parameter fisik yang berperan dalam mengendalikan kondisi ekologis perairan. Perubahan temperatur biasanya dapat mempengarui proses fisik, kimia dan biologi yang terjadi dalam kolom air. Secara biologi, setiap organisme air memiliki kisaran toleransi Temperatur tertentu bagi kebutuhan hidup masing- masing, misalnya untuk pertumbuh. Kekeruhan adalah gambaran sifat optik air dari suatu perairan yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang dipancarkan dan diserap oleh  partikel-partikel yang ada dalam air. Kekeruhan juga dapat disebabkan oleh bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut, maupun bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain (John dan Karuwal, 2015)
Nitrogen dan fosfor  merupakan parameter yang sangat berpengaruh dalam kehidupan biota perairan Peningkatan konsentrasi nitrat, fosfat dan amonium di perairan akan mempengaruhi kondisi bahan organik di dasar perairan. Zat hara fosfat, nitrat dan silika merupakan senyawa kimia yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan biota perairan. Ketiga zat hara ini, berperan penting terhadap jasad hidup organisme perairan (Muchtar, 2012).
Nitrat merupakan unsur hara yang penting dalam perairan, unsur hara ini digunakan pada beberapa proses seperti fotosintesis, sintesis dari protein, dan sebagai penyusun gen serta pertumbuhan dari organisme. Demikian pula fosfat merupakan salah satu unsur essensial bagi pembentukan protein dan metabolisme sel organisme. Dalam perairan unsur fosfat terdapat dalam senyawaan fosfat yang berada dalam bentuk anorganik (ortho, meta, dan polyfosfat) dan organik. Unsur fosfat yang hanya dapat diserap oleh organisme nabati misalnya fitoplankton adalah fosfat dalam bentuk orthofosfat yang terlarut dalam air, kandungan orthofosfat yang terlarut dalam air menunjukkan tingkat kesuburan suatu perairan (Hutabarat, 2000 dalam Fajar et al., 2016).
Tingkat kecerahan berhubungan erat dengan itensitas cahaya matahari yang masuk kedalam suatu perairan, kecerahan yang rendah daya pentrasi matahari sehingga dapat menggaggu fotosintesis fitoplankton. Kecerahan dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu. Kestabilan ekosistem perairan ditopang oleh kualitas fisik dan kimia perairan tersebut. Nilai kedalaman air kedalaman suatu ekosistem perairan dapat bervariasi tergantung pada zona kedalaman dari suatu perairan tersebut, semakin dalam perairan tersebut maka intensitas cahaya matahari yang masuk semakin berkurang. Kedalaman suatu perairan disebabkan oleh tingginya bahan organik dan bahan anorganik seprti lumpur dan pasir halus   (Nitta dan Eddy, 2015).



BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan September sampai November 2017 di perairan Sungai Musi Kawasan Pulo Kerto. Penentuan stasiun penelitian dilakukan dengan metode  purposive random sampling. Sampel diidentifikasi di Laboratorium Taksonomi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya Indralaya. Sampel plankton diidentifikasi dengan menggunakan buku Mizuno (1979) dan Needham (1962)

3.2. Alat dan Bahan
            Alat yang diperlukan dalam penelitian ini Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah  thermometer batang, pH meter, secchi disk dan tali, plankton nnet, ember berskala 12 liter, KIT CO2 dan DO, meteran dan mistar, bandul 1 atau 2 kg, microburette 1 cc (80 skala atau 100 skala) atau microburette 2,5 cc (25 skala) dan gelas ukur 10 cc dan 50 cc. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah reagen untuk pengukuran kandungan karbon dioksida bebas terlarut NaOH 0,1 N dan indikator phenolphtalein (pp), reagen untuk pengukuran kandungan oksigen terlarut DO (Dissolved Oxygen) MnSO4 ; KOH-KI ; amylum (indikator) Na2S203 (Natrium Thiosulfat), lugol dan formalin, aquades dan sampel air, tisu, kertas.
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Penentuan Stasiun
            Pengambilan sampel dilakukan pada 5 stasiun yaitu di zona wisata sungai, budidaya ikan, zona fauna, zona konservasi sisi darat padat vegetasi, zona flora (padat pemukiman), zona rencana dermaga (vegetasi semak). Pada perairan Sungai Musi Kawasan Pulo Kerto.

3.3.2. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel plankton di perairan dapat dilakukan secara tegak (vertical), miring (obligue), ataupun mendatar (horizontal). Pengambilan sampel plankton harus sesuai dengan pengambilan sampel air untuk analisis faktor fisika dan kimia air dengan beberapa kali ulangan secara random (Fachrul, 2012).
Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan menggunakan ember berukuran 10 liter sebanyak 5 kali pengulangan dengan menyaring air sebanyak 50 liter pada 15 sub stasiun di 5 stasiun penelitian.  Air diambil lalu dituangkan kedalam mulut jaring plankton net no.25 (diameter 30 cm, ukuran mata jaring 0,0535 mikron). Hasil saringan plankton dituangkan ke dalam wadah plankton yaitu botol film yang berukuran 25 ml, dan diawetkan dengan formalin 4% kurang lebih dua tetes dengan mempergunakan pipet tetes, kemudian sampel di identifikasi di bawah mikroskop.
3.3.3. Pengukuran parameter kualitas air
Adapun data penunjang untuk mendukung penelitian ini adalah beberapa parameter kualitas air. Tujuan dari pengukuran parameter kualitas air ini adalah untuk memberikan gambaran tentang kondisi lingkungan penelitian. Pengukuran ini dilakukan satu kali di titik penelitian pada setiap stasiun. Rincian tentang jenis peubah dan metoda pengukuran faktor lingkungan pendukung ini adalah seperti  Parameter fisika-kimia di sungai musi kawasan pulo kerto yang diukur yaitu suhu, pH, kecerahan, kandungan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO), Biological Oxygen Demand (BOD), nitrat, fosfat dan kandungan minyak. Sampel air diambil pada titik yang telah ditentukan pada setiap stasiun. Parameter fisika dan kimia yang diukur secara in-situ adalah suhu, kecerahan, kedalaman, pH dan DO. Sedangkan pengukuran BOD dilakukan di Laboratorium Taksonomi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya Indralaya

3.4. Metode Analisis Data
Data plankton dianalisa dengan menggunakan rumus APHA untuk diketahui kelimpahannya, sedangkan untuk mengetahui keanekaragamannya dianalisa dengan menggunakan indek ShannonWiener dan kesamaan jenis menggunakan indek kesamaan serta dominansi menggunakan indek dominansi impson. Selengkapnya formula untuk analisa data plankton akan disajikan di bawah ini.
Densitas (density) merupakan banyaknya individu yang dinyatakan dengan persatuan luas, maka nilai itu disebut kepadatan (density). Nilai kepadatan ini dapat menggambarkan bahwa jenis dengan nilai kerapatan tinggi memiliki pola penyesuaian yang besar. Kepadatan ditaksir dengan menghitung jumlah individu setiap jenis dalam kuadrat yang jumlahnya ditentukan, kemudian penghitungannya diulang ditempat yang tersebar secara acak (Fachrul, 2012). Dalam densitas plankton digunakan berbagai analisa data di antaranya :
3.4.1. Kepadatan Plankton
Kepadatan spesies plankton dianalisis dengan menggunakan rumus kepadatan (Cox, 1967 ) :
-                 Kepadatan spesies = Jumlah individu spesies/Luas wilayah contoh(m2)
-                 Kepadatan Relatif (%) = Kepadatan spesies A/ Kepadatan spesies total X 100
3.4.2. Indeks Keanekaragaman Spesies
Indeks keanekaragaman spesies adalah ukuran kekayaan komunitas dilihat dari jumlah spesies dalam suatu kawasan, berikut jumlah individu dalam tiap spesies. Indeks keanekaragaman spesies dianalisis dengan menggunakan formula Shannon-Wiener dalam Ludwig dan Reynolds (1988).  
H’ = - Σ (ni/N In ni/N)
Dimana :
H’ = Indeks keanekaragaman spesies
Ni =Jumlah individu dalam spesies ke-I
N  =Jumlah total individu
Keterangan :
H’< 1     = Keanekaragaman rendah dan keadaan komunitas rendah
1<H’<3 =Keanekaragaman sedang dan keadaan komunitas sedang
H’>3      =Keanekaragaman tinggi dan keadaan komunitas tinggi
3.4.3. Indeks Dominansi Spesies
Dominansi spesies adalah penyebaran jumlah individu tidak sama dan ada kecenderungan suatu spesies mendominasi. Untuk mengetahui indeks dominan dalam suatu habitat digunakan rumus di bawah ini : 
C = Σ(ni/N)²
Dimana :
C =Indeks dominan spesies
ni =Jumlah individu setiap spesies i
N =Jumlah total individu seluruh spesies
Keterangan :
C< 0,50        =Dominasi rendah,
 0,50<C<0,75 = Dominasi sedang
0,75<C<1     =Dominasi tinggi

3.4.4. Indeks Dominansi Relatif (%)
Dominansi Relatif (%) = Dominansi spesies A/Dominansi total spesies X 100
3.4.5. Frekuensi Relatif (%)
Untuk mengetahui frekuensi relatif jenis plankton dianalisis dengan menggunakan formula Bengen (2000):
Rfi=Fi/ΣF X 100
Dimana :
RFi  = Frekuensi relatif
Fi    = Frekuensi jenis i
ΣF   = Frekuensi semua jenis
3.4.6. Frekuensi Jenis Plankton
Untuk mengetahui frekuensi jenis plankton dianalisis dengan menggunakan formula menurut Bengen (2000):
Fi = Pi/ΣP
Dimana :
Fi = Frekuensi Jenis
Pi = Jumlah plot yang ditemukan jenis i
ΣP = Jumlah semua plot

3.4.7. Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks Nilai Penting jenis menurut Bengen (2000) :
INP = RDi + RFi+RCi
Dimana :
INP = Nilai penting jenis
RDi = Kepadatan relatif jenis
RFi = Frekuensi relatif jenis
RCi = Dominansirelatif jenis i
Nilai penting suatu jenis plankton berkisar antara 0 sampai 300. Nilai penting ini akan memberikan suatu gambaran pengaruh atau peranan suatu jenis plankton dalam komunitas plankton (Bengen, 2000).




DAFTAR PUSTAKA
Alie, M. E. R. Kajian Erosi Lahan pada DAS Dawas Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. 3 (1) : 749 – 754.

Dwirastina, M dan Wibowo, A. 2015. Karakteristik Fisika Kimia dan Struktrur     Komunitas    Plankton Perairan Manna, Bengkulu Selatan. LImnotek.  22 (1) : 76 – 85.

Dwirastina,M. 2015. Studi Pengamatan Plankton di Suaka Perikanan Teluk Rasau Palembang, Sumatera Selatan . Btl. 10 (1) : 5-7.

Fachrul, M. F. 2012. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara : Jakarta.

Fajar, M. G. N., Rudiyanti, S., dan A`in, C. 2016. Pengaruh Unsur Hara Terhadap Kelimpahan Fitoplankton Sebagai Bioindikator Pencemaran  di Sungai Gambir Tembalang Kota Semarang. Diponegoro Journal Of Maquares. 5 (1) : 32 – 37.

John, W dan Karuwal, C. 2015. Hubungan Parameter Fisik Perairan dengan Struktur Menegak Komunitas Plankton di Teluk Ambon dalam. Jurnal Agroforesti. 10 (1).

Kartika, A., Hanafiah, Z.,  dan Salni. 2015. Studi Komunitas Plankton di    Sungai Kundur Kecamatan Banyuasin 1 Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Sains. 17 (3).

Kurniadi, B., Sigid Hariyadi, S., Adiwilaga, M. 2015. Kualitas Perairan Sungai Buaya di Pulau Bunyu Kalimantan Utara pada Kondisi Pasang Surut. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 20 (1) : 53-58.

Kusmeri, L dan  Rosanti, D. 2015. Struktur Komunitas Zooplankton di Danau Opi Jakabaring Palembang. Sainmatika. 12 (1) : 8-20.

Muchtar M. 2012. Distribusi zat hara fosfat, nitrat dan silikat di perairan kepulauan  natuna. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 4(2):304-317.

Mushthofa, A., Muskananfola,M.R.,dan  Rudiyanti, S. 2014.  Analisis Strutur Komunitas Makrozoobenthos Sebagai Biondikator Kualitas Perairan Sungai Wedung Kabupaten Demak. Diponegoro Journal Of Maquares. 3 (1) : 81- 88.

Muslim.2012. Perikanan Rawa Lebak Lebung Sumatera Selatan. Palembang:      Unsri Press.

Nastiti, A. S dan Hartati, S.T. 2013.Struktur Komunitas Plankton dan Kondisi Lingkungan Perairan di Teluk Jakarta. Bawal. 5(3) : 131- 150.

Nita dan  Eddy, S. 2015. Struktur Komunitas Fitoplankton di Danau Opi Jakabaring Kota Palembang. Sainmatika. 12 (1).

Riskya, S., Siti, R., dan Max, R.M. 2012. Studi Kelimpahan Gastropoda (Lambis spp.) pada Daerah Makroalga di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Journal Of Management of Aquatic resource. 1 (1) : 1-7.

Rumahlatu, D. 2012. Biomonitoring : Sebagai Alat Asesmen Kualitas perairan Akibat Logam Berat Kadmium pada Invertebrta Perairan. Saintis. 1 (1).

Rumaseb, T. 2014. Variasi Zooplankton di Kolam Budi Daya Ikan Air Tawar  di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Budidaya Perairan. 2 (3) : 54-58.

Sukarman dan Arliansyah, J. Analisis Feeder System Menuju Halte Musi II Trans Musi Koridor VI Kota Palembang. Jurnal Teknik Sipil. 9 (2).  

Widiyanto, J dan  Sulistyarsi, A. 2016. Biomonitoring Kualitas Air Sungai Madiun dengan Bioindikator Makroinvertebrata. Jurnal LPPM. 4 (1).

Windusari, Y dan Sari, N.P. 2015. Kualitas Perairan Sungai Musi Di Kota Palembang Sumatera Selatan. Bioeskperimen. 1 (1).


Yuliana. 2014.  Keterkaitan Antara Kelimpahan Zooplankton dengan Fitoplankton dan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Jailolo, Halmahera Barat. Maspari Journal. 6 (1) : 25-31.

Komentar

  1. Haii, perkenalkan saya elbet abdurahman mahasiswa ilmu kalautan universitas bengkulu, saya sedang mendalami tantang plankton, saya sangat membutuhkan data ayunda tentang palnkton ini, berkenka uyunda beragi soft file data tentang penlitian ini ayunda ?

    BalasHapus

Posting Komentar